Oleh : M Abdul Ghoni
Setelah mengkhatamkan Ngaji kitab Qurrotul ‘Uyun, agenda Madrasah Diniyah (MD) PATWA selanjutnya yaitu Ngaji Kitab Bidayatul Hidayah. Pengajian ini dibuka pada Jumat (26/06/2020) malam, yang dibacakan dan diterangkan oleh Ust Agus Syukri Mubarok S.Pd.I.
Kang Agus Syukri memaparkan, kitab Bidayatul Hidayah ditulis oleh Imam Al-Ghozali. Kala itu, salah seorang guru kepercayaannya yang menjadi teladan dalam perjalanan hidupnya yakni Syaikh Al-Imam Az-Zahid, meminta Imam Ghozali untuk memberikan keterangan berisi petuah dan nasihat, serta uraian singkat seputar landasan akidah yang wajib diyakini oleh seorang mukallaf.
Permintaan dari gurunya itu dijawab oleh Imam Al-Ghozali. Dengan penuh tawaddu, beliau mengatakan, “Bicara tentang nasihat, pribadiku tidak pantas memberikannya”. Perkataan tersebut berdasar pada sabda Nabi SAW “Aku tinggalkan dua pemberi nasihat: yang berbicara dan diam”.
Imam Al-Ghozali menilai, dua pemberian nasihat itu cukup bagi siapa pun yang ingin mengambil nasihat. Beliau menafsirkan Sabda Nabi diatas bahwa, yang berbicara itu Alquran dan diam adalah kematian. Artinya, memahami makna yang terkandung dalam Alquran merupakan cara baginya dalam menasihati diri, dan melalui merenung beliau mengingat adanya kematian.
Namun, Imam Ghozali menganalogikan sebuah nasihat dengan zakat. Beliau mengatakan, barang siapa yang sudah mencapai nisab, maka ia wajib mengeluarkan zakat.
Sehingga, dari analogi tersebut Imam Ghozali mengarang kitab Bidayatul Hidayah, sebagai wujud melaksanakan petuah dari gurunya setelah mengambil nasihat darinya untuk dirinya sendiri.
Bersambung…
Terima kasih atas ringkasan penjelasannya min. Sangat bermanfaat