Sunday, March 26, 2023
Home Inspirasi Opini Mengenang Pak Duloh, Sosok Disiplin dan Bermasyarakat

Mengenang Pak Duloh, Sosok Disiplin dan Bermasyarakat

Oleh: Abdul Mu’izz

Sudah tiga hari Ust H Abdullah Toha berpulang. Sejak saat itu, saya memantau media sosial yang mengabarkan berita tentang wafatnya. Terutama media resmi ‘Yayasan Pesantren Attarbiyyatul Wathoniyah (PATWA)’, tempat dimana beliau tumbuh dan berkembang hingga seperti sekarang.

Perhari ini, berita wafatnya yang dimuat melalui website patwa.ponpes.id, telah dijangkau oleh lebih dari 900 pengunjung. Sedangkan kabar yang dimuat melalui akun instragram @pesantren.patwa, mendapat 146 suka. Sementara melalui halaman facebook Yayasan PATWA, mendapat lebih dari 380 suka, 133 dibagikan, dan 49 komentar yang berisi turut merasa kehilangan.

Dari situ saya menyimpulkan, kabar wafatnya membawa duka yang mendalam bagi banyak orang. Tak terkecuali saya, selaku salah satu orang yang beruntung pernah dididik oleh beliau.

Info tentang kepulangannya juga secara otomatis menggali ingatan saya tentangnya. Tanpa bisa dicegah, perasaan sedih terus mengiringi. Saya merasa dekat dengan beliau. Mungkin sekedar perasaan seorang siswa terhadap guru saja. Dan saya pikir, kesedihan ini juga dirasakan orang-orang terdekat lainnya untuk mengiringi kepulangan beliau.

Pak Duloh biasa disapa, adalah Guru saya sewaktu di MTs AI Mertapada, sebuah lembaga pendididkan formal yang berada dibawah naungan Yayasan PATWA. Pak Duloh juga yang menjadi pembimbing saya dan teman-teman saya saat mengikuti Khotmil Qur’an Qiro’at warsy tahun 2013 dan Qiroat Ibnu katsir tahun 2014 di pesantren PATWA.

Pak Duloh merupakan sosok orang yang sangat disiplin. Saya masih ingat, saat masih bersekolah di MTs AI dan MAAI Mertapada, di waktu pagi, saya sering melihat beliau berangkat lebih awal dari saya dan juga murid-murid yang lainnya. Beliau juga yang istiqomah mendoakan sesepuh, dewan guru, siswa-siswi dan alumni PATWA lainnnya saat sebelum jam pelajaran dimulai.

Bukan hanya itu, sosok Pak Duloh juga tak jauh beda dengan guru-gurunya yang saya tau dari cerita, seperti Kiai Burhanuddin Khafidz, Kiai Moh Afifuddin, KH Sholeh Ma’mun dan KH Mahdi. Ia berdiri di garis ordinat politik kebangsaan yang senantiasa melayani masyarakat. seperti yang dikatakan banyak orang, dakwah yang dilakukan Pak Duloh adalah terjun dari Musholla ke Musholla.

Sifatnya yang bermasyarakat begitu dikenang oleh siapapun yang mengenalnya. Pak Duloh kerap datang ke Musholla Fatkhul Jannah, blok Maja 1, desa Sidamulya, Astanajapura, Cirebon. Di tempat itu Pak Duloh bergaul dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Mulai dari pemuda, tokoh masyarakat setempat hingga polisi. Dan saya pikir, ini juga lah kelebihan dari pendidikan pesantren: mendidik santrinya untuk bisa hadir dan berperan ditengah-tengah masyarakat.

Saya tidak lupa, kala itu (2010), momen kali pertama saya mengikuti Tadarrus Al-Qur’an Bulan Ramadhan di Mushollah Fatkhul Jannah. Dengan menggunakan speaker dan bersama orang-orang yang jauh lebih tua, untuk seusia saya “yang masih ingusan”, perasaan tentu masih canggung dan gemetar. Keringat dingin saya bercucuran membasahi baju tatkala sedang membacanya. Perasaan ingin cepat-cepat kelar membacanya pun selalu terbenak dalam pikiran.

Namun, kehadiran Pak Duloh yang mengoreksi bacaan saya telah menambal semuanya. Karena setelah mengoreksi bacaaan saya, pada akhirnya beliau berpesan, “Lanjutaken sampe akhir bulan puasa ya boy !”

Ya, Pak Duloh adalah salah satu daftar orang yang wajib disowani. Alasannya, selain alim, pintar, beliau sangat disiplin dan bermasyarakat. Malam menjelang wafat, beliau berada di Mushollah Fatkhul Huda, blok Maja 2, desa Sidamulya. Disitu, beliau masih memimpin warga Marhabanan, meskipun berusaha menyembuhkan keadaan sakit yang dirasakannya.

Kini, guru yang murah senyum dan gemar berpetualang itu dipanggil Allah untuk selama-lamanya. Ust H Syamsuddin selaku Guru MTs AI Mertapada mengatakan, “Pak Duloh adalah salah orang yang mensyiarkan ilmu Gusti Allah di PATWA. Beliau sudah banyak mengeluarkan tenaga dan ilmunya untuk kemajuan PATWA dan masyarakat”.

Ingin sekali saya kembali bersowan, walau hanya tuk memandang wajahnya yang meneduhkan. Namun tidak bisa. Panjenengan telah dimakamkan di antara banjir air mata yang tak bisa dibendung. Selamat jalan guruku, Sang Teladan…..

Minggu, 8 November 2020


*Penulis adalah Alumni MTs AI Mertapada Angkatan 2011

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular

Darimana Datangnya Cinta Kita Kepada Baginda Nabi Muhammad SAW?

Catatan Kecil Pengajian Umum Dalam Rangka Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Bersama : Habib Hasanain bin Muhammad bin Yahya Selasa, 01 November 2022 Dengan khidmat, dalam...

Labbaik Allahumma Labbaik, Sambut Kepulangan Jamaah Haji KBIHU PATWA

Alhamdulillah Sabtu 30 juli 2022 pada pukul 04.40 dini hari, pesantren Attarbiyatul Wathoniyah menyambut Kedatangan Jama'ah Haji, yang tergabung dalam KBIHU PATWA. Jamaah haji KBIHU...

Sambut Tahun Baru Hijriah, PATWA Gelar Pawai Obor Bersama Santri dan Masyarakat

Dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam (1 Muharram 1444 H), Pesantren PATWA gelar pawai obor bersama santri dan masyarakat. Antusiasme santri dan masyarakat mertapada,...

Reuni Akbar Alumni PATWA Bakal Digelar Tahun Depan

Alumni Pesantren Attarbiyatul Wathoniyah (PATWA) bakal menggelar Reuni Akbar Alumni PATWA tahun depan. Acara direncanakan berlangsung selama tiga hari, 5 - 8 Syawal 1444...

Recent Comments

Rohmah on ALAM BERNYANYI
Rohmah on ALAM BERNYANYI
Bang Syatori on MEMBUMIKAN TUHAN
Suheli on MEMBUMIKAN TUHAN